Saudaraku... My Kins...
Si botak sedang berehat sambil mendengar alunan koleksi lagu lagu yang tak lapuk dek arus masa. Si botak memikirkan betapa nikmat berbahasa cukup penting bagi setiap manusia. Tanpa bahasa, segalanya adalah mustahil.
Teringat pula akan satu perkara yang cukup menarik hati. Almarhum Imam Sayyid Ruhollah Musavi Khomeini, atau lebih dikenali sebagai Ayatollah Khomeini, merupakan seorang pemimpin Islam pasca Moden antara yang terulung. Sering disalah anggap oleh pelbagai pihak antaranya pihak Barat kerana dianggap sebagai pelampau.
Si botak tak mahu sentuh soal pendirian mahupun tindakan politik Almarhum. Apa yang nak si botak kongsi adalah betapa indahnya gaya bahasa Almarhum. Ya, Almarhum Ayatollah Khomeini juga orang seni! Almarhum tulis banyak sajak yang lebih berupa kepada sajak ketuhanan atau sajak sufisme.
Di bawah ini adalah satu sajak Almarhum yang sangat si botak suka. Tajuknya sudah cukup untuk melambangkan betapa Almarhum seorang yang berilmu. Si botak tak alih bahasa sajak ini, kerana takut lain pula maksudnya.
Tajuknya setelah dialih bahasa dari Bahasa Farsi ialah, Garment Tearing ataupun Mengoyakkan Pakaian. Apa yang menarik? Perbuatan mengoyak pakaian adalah perbuatan penganut agama Samawi iaitu Yahudi, Kristian dan Islam. Perbuatan ini adalah lambang atau simbol terhadap ketaatan terhadap Yang Esa. Ini menunjukkan Almarhum juga tahu akan ritual silam yang sudah tidak diamalkan lagi ini.
Rangkap pertama melambangkan keinginan mendalam Almarhum untuk bersama Yang Esa, keinginan mendalam untuk minum wain daripada tangan 'Sang Kekasih' (Yang Esa), menunjukkan betapa Almarhum ingin bersamaNya di alam akhirat. Ia menunjukkan betapa Almarhum sangat mengingati mati. Indah bukan cara penyampaian Almarhum?
Rangkap kedua pula menunjukkan keinginan Almarhum untuk berdamping dengan para Ulama' dan sahabat yang berilmu sebagaimana dipesan oleh Junjungan Besar, Muhammad SAW (yang juga merupakan nenek moyang Almarhum). Bait, yang menyatakan Almarhum terlalu berharap untuk melihat 'wajah sahabat', mungkin sudah cukup untuk membenarkan hakikat ini. Tetapi kehampaan Almarhum jelas tampak bila Almarhum samakan dirinya sebagai kupu kupu mengelilingi lampu dan juga biji benih yang terbakar.
Seterusnya satu pernyataan yang sudah pasti dianggap radikal oleh mereka yang tak mahu menggali (meminjam kata kata Ogy Ahmad Daud). Almarhum menganggap jubah yang dipakai dan tikar sembahyang yang digunakan adalah pura pura, Almarhum ingin mengoyakkannya. Kenapa? Ini adalah kerana jubah dan sembahyang pada masa kini kebanyakkannya adalah ritual semata. Ada yang dipakai atau dilakukan semata untuk tunjuk pada semua betapa alimnya pemakai atau pelaku. Cantik bukan?
Seterus rangkap keempat pula mewakili keinginan Almarhum yang sanggup bayar jika dapat minum dari cawan 'Sang Kekasih'; ilmu daripada Yang Esa. Dan diakhiri dengan pernyataan betapa gembiranya Almarhum jika dapat hidayahNya. Almarhum seakan jadi muda semula dan akan menyebarnya kesekalian alam.
Satu kualiti yang tersembunyi mengenai tokoh terulung ini. Selama ini kita semua hanya disogok akan berita betapa melampaunya pemikiran Pemimpin Ulung Iran ini. Sudah masanya kita jangan dengar sangat cakap mereka yang takut pada bayang bayang. Banyak ilmu berguna yang disampaikan Almarhum. Apa tunggu lagi? Jom Google...
..............................................................
GARMENT TEARING
How crave I from my love's hand
To drink a cup of wine
O with whom to share this secret
Where to take this grief of mine
I gave away my life in hope
That I could see the friend's face
'Am butterfly making rounds of lamp
'Am seed burning in fireplace
This robe dseceptive and so cant
This prayer- mat with false state
Would that I could tear them off
Right in front of tavern's gate
If friend out of love's cup
Be willing to give a small sip
This soul in my life's cloak
So happily would I give in tip
'Am old though yet can be young
Do favour with thy sweet glance
So that from this small house
Of universe I make advance
....................................................................
Si botak is resting while listening to the sweet sound of evergreen songs. Si botak came across the thought of the importance of language to mankind. Without language, nothing is possible.
Si botak remembers one fascinating fact. Almarhum (the late) Imam Sayyid Ruhollah Musavi Khomeini, or better known as Ayatollah Khomeini, was a modern Islamic supreme leader. Always taken wrongly by various parties such as the Western whom considered him as an extremist.
Si botak does not want to talk about his political stands nor actions. Si botak would love to share on how beautiful his language was. Yes, Almarhum Ayatollah Khomeini was an artist! Almarhum wrote several religious poems or sufism poems.
Attached above was one of his works which is si botak's favourite. The title is enough to portray Almarhum as a knowledgable man.
The title after translated from Persian is, Garment Tearing. What so special about it? The act of tearing clothing was a Semitic ritual which conducted by the Jews, Christian and Moslems. This is actually an act of devotion towards The Lord. This shows that Almarhum was very much aware of the ancient ritual.
The first quatrain potrays the deep yearning inside him as to be with The Lord, showed by the phrase wanting to drink a cup of wine from his Love's (The Lord) hand, shows also how Almarhum really wants to be with The Lord in the afterlife. This somehow shows also how Almarhum really remembered death. Wasn't it wonderful of how Almarhum chose his words?
Then the second quatrain shows how Almarhum would love to be around Ulama' (saints) and knowledgable friends as suggested by Muhammad SAW (which was Almarhum's ancestor). This clearly showed when Almarhum said, he was hoping to see 'a friend's face'. Yet, his disappointment was vividly expressed as he compared himself to a moth to a flame as well as a seed in fire.
Then there was one statement which shall be considered as radical by those whom refuse to dig (quote and unquote, Ogy Ahmad Daud) Almarhum thought the robes and prayer mat were just a deception, he would love to tear them. Why? This is because the robes and prayer mat used out of rituals only nowadays. There are those who used them as to show how pious they are. Beautiful isn't it?
The fouth quatrain represents Almarhum deep yearn in obtaining knowledge (drinking out of The Lord's cup) till he was willing to pay for it. This poem was ended by expessing how grateful Almarhum if he were to achieve all his desire (as mentioned in the poem). He felt as if he was young again and would be spreading the knowledge throughout the universe.
One hidden quality of this great leader. All these while, we were fed with news of how extreme he was, when he was Iran Supreme Leader. It is now the time for us to start ignoring words of those who are afraid of their own shadows. There were a lot of great info said and told by Almarhum. What are we waiting for? Lets Google...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Salam Ya Muha,
Satu revelation - Almarhum saorang yang berseni. Tapi Islam tidak pernah melarang seni asalkan ianya melampaui batas.
Mengenai sajak tu, saya rasa tak dapat nak menikmati ia sepenuhnya kerana sesuatu kerja seni itu hanya dapat dihalusi dan dijiwai dalam bahasa asalnya.
kagum!
(speechless..)
salam ya akhi,
betul tu. Islam tak pernah larang seni asalkan ianya mengikut syariat yg ditetapkan...
salam kay,
:) itula kan? saya sendiri kagum dengan Almarhum...